Emang Dasar

>> Kamis, 31 Januari 2013

Hari yang melelahkan. Ingin rasanya berbaring, dan melayangkan segala beban tugas sekolah dari pikiran. Tapi sepertinya harus ditunda dulu. Waktu belum mau berkompromi, ia berjalan terus layaknya truk tronton dengan rem yang blong. Taka da ampun menyapu seluruh halang di depannya. Pagi tadi cuaca cukup “hangat” di winter ini, nol derajat celcius. Jalanan licin karena salju yang menjair dan sebagian berubah mejadi es. Walau beberapa kali hamper terpeleset, Zahra selamat sampai di daycare. Sejurus kemudian, aku melesatkan tubuh ke kampus. Wussssshh, memang, kalau urusan sekolah, harus cepat. Jalan seperti ninja, bekerja seperti intel core i7, dan tidur seperti ikan. Semuanya bukan semata-mata saya responsive dan bertanggung jawab dalam sekolah, tapi karena ingin cepat-cepat beres dan menyudahi sementara kegiatan akademis dengan kondisi seperti ini. Lucu memang, entah hanya saya, atau memang semua orang seperti ini; mengeluh apapun alasannya. Dulu, ketika bulan pertama saya tinggal di Oslo, mengerjakan tugas kuliah disaat hamil cukup memberatkan. Apalagi kalau masalah survey. Bawaannya khawatir takut brojol, padahal usia kandungan masih trisemester 2. Jika tiba waktu survey, maka pasukan mahasiswa Indonesia turut “diundang”. Mereka tidak keberatan, karena survey mahasiswa landscape architect cukup menyenangkan; menyusuri sungai Akerselva yang panjangnya lebih dari 8 km. Rombongan yang berjumlah 4 orang, gugur satu per satu. Dan akhirnya tinggallah aku dan Melli yang berhasil mencapai hilir sungai di Opera House Oslo. Tiap malam aku menelepon suami, dan berkeluh kesah. Apapun itu. Capek lah, banyak tugas lah, males masak lah, sampai antri kamar mandi student dorm pun ikut dikeluhkan. Saat aku cuti hamil, akupun mengeluh; boring lah, kebanyakan tidur lah. Semua di ungkap. Hujan datang mengeluh karena becek, angina kencang, mengeluh masuk angin, cuaca cerah, mengeluh ngantuk. Giliran mendapat kenikmatan, akupun lupa bersyukur. Saya baru saja meriset sesuatu, bahwa tingginya ambisi berbanding lurus dengan keluhan. Dulu sewaktu masih bekerja di kantor, saya ingin melanjutkan S2 di luar negeri, setelah saya meraih itu, saya mengeluh capek. Saya punya keinginan untuk belajar bahasa Norway agar lebih bisa beradaptasi, tapi ternyata susah. Mumet otakku untuk mengikuti pelajaran. Lulus nanti saya bercita-cita untuk mencicipi dunia kerja disini, tapi mengeluh bagaimana kalau tidak dapat kerja. Di sela-sela waktu senggang saya mengimpi-impikan akan hidup di Indonesia dalam waktu cepat, saya yakin bakal ada keluhan baru lagi jika ini terealisasi. Emang dasar.

0 komentar:

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP