AHO - Akhir Tak Berakhir

>> Selasa, 18 Juni 2013

Si Proyek cinta selesai. Tapi apa cinta kepadanya bisa sirna?

Waktu kaki ini melangkah menuju auditorium, perasaanku sangat biasa. Mungkin itu dikarenakan kesederhanaan yang disuguhkan kampusku. Kemegahan yang biasanya terjadi di resepsi kelulusan tidak tampak. Ruang akustik kayu dengan warna terang dan cahaya matahari musim semi yang hangat menyatukan keluarga kecil di kampus. Para wisudawan berjalan diiriingi riuh tepuk tangan keluarga. Bagaikan musisi selepas konser. Lalu saya melihat ke jajaran depan. Tampak rektor beserta para petinggi kampus. Tidak heran, toh mereka yang selama ini memimpin dan memerintah. Lalu aku mencari keluargaku. Lalu supervisorku. Mereka tidak duduk di depan.

Saya belajar sesuatu dari hal ini. Orang yang duduk di belakang adalah seorang pendengar yang baik. Dia lebih tenang dan tidak ambisius. Seorang bijak yang selalu mengalah walau disertai sindiran. Yang paling pasti, dia adalah pendukung setia dan tulus akan kemanapun arah tujuanku. Orang yang duduk di belakang selalu tersenyum dikala susah. Dan aku termasuk orang yang duduk dibelakang, apalagi kalau kursi jajaran depan penuh.

Saat ku duduk di -jajaran belakang- area wisudawan, perasaan sentimentil muncul. Aku berpikir bahwa inilah saatnya aku meninggalkan kampus beserta proyek cinta. Lega karena akhirnya beban studi selesai, namun disisi lain sedih karena aku akan meninggalkan sesuatu yang biasa ku lakukan. Seandainya kampus ini adalah manusia, ia adalah seseorang yang menyaksikan dedikasiku pada masa depan sekaligus penghiatan pada diri sendiri yang sebenarnya menolak melakukan itu. Ini salah itu salah, cinta ini cinta itu. Walau bagaimanpun sebagian kejadian di kampus tetap kusimpan dalam harddisk komputer berupa file tugas, dan ada juga yang kubiarkan melekat dalam hati dan menari-nari di pikiranku. 

Selamat tinggal momenku di kampus. Saya hanya ingin membawa kenangan yang indah. Khusus untuk kasus ini, saya rela bila cinta ini luntur. Lagian tak ada gunanya mencintai yang tak mencintaiku, ya kampus? Walau sangat banyak memberi, kamu mungkin bukan yang terpenting bagiku. Dirimu selalu merangkul dari dinginnya salju itu, tapi kamu tetap tak mampu menghangatkan hidupku. Walau kau yang kutuju pada saat itu, bukan berarti dirimu adalah muara harapanku. 
 

Namun tiba-tiba ada yang berbisik berbisik samar padaku; "I'll miss you, I love you".

Cinta sejati tidak mungkin padam, tapi bisa sedikit direkayasa.
Galau..    

Read More.. Read more...

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP