Dekat di Mata, Jauh di Tetangga

>> Senin, 28 Januari 2013

Baru dapet supervisi dari dosen yang jenius. Rasanya mau terbang saja. Kemarin tatangga sebelah datang untuk mengembalikan piring. Setelah sekian lama kita bertemu dan bahkan bertamu, tapi baru kemarin kami “berkenalan” dalam artian menyebutkan nama kita. Entah kenapa semenjak awal kami bertemu, kami tidak saling berkenalan secara normal seperti biasa. “Halo, nama saya, blabla, nama kamu siapa”, lalu berjabat tangan, lalu kadang kita lupa siapa namanya. Bukan, bukan seperti itu tipe pertemanan kami.Kami berjumpa dan saling menyapa, lalu langsung bercakap-cakap, dan berbasa-basi, dan kadang mengirim makanan atau hadiah kecil. Begitupun seterusnya kita membina pertemanan.

Dia dari Ethiopia, baru saja menyelesaikan kulliahnya di University of Oslo. Suaminya, supir taksi, dan mereka mempunyai 2 putri dan seorang putra yang baru lahir beberapa bulan yang lalu. Saya sempat bingung, seringkali saya melihat lebih dari 3 orang anak di rumahnya. Saya pikir mereka semua anaknya, namun ternyata salah satu dari mereka adalah teman sepermainan putri-putrinya. Mungkin karena mereka sama-sama berkulit gelap, dan saya pun menjeneralisasi, bahwa siapapun itu yang berkulit gelap di tempatnya, adalah saudaranya.

Kemarin dia menyebutkan namanya, namun hari ini saya lupa. Dasar bodoh. Yang saya ingat hanyalah satu putri mereka yang bernama Salsabil, dan putranya bernama Yahya. Saya ingat karena nama tersebut familiar di telinga. Namun, untuk mengingat nama sang ibu.. Duh, siapa ya? Mahdiah, Medina, ah lupa. Tapi kalau tidak salah huruf depannya M. Putri sulungnya bernama.. Ibtida, Idbita, ah, sayapun lupa, tapi kelihatannya berawalan I. Saya tak punya ide akan nama suaminya. 

 Mungkin inilah yang terjadi dalam hidup manusia. Dia kadang terlalu mudah membuka hati untuk bersosialisasi dengan orang baru, bahkan menjalin hubungan tersebut, tanpa mempedulikan kualitas pertemanannya. Dia hanya menunjukkan itikda baik bersosialisasi, tapi sebenarnya tidak menganggap keberadaannya. 

Jikalaupun punya hubungan baik dengan seseorang, kadang dia melupakan betapa berartinya keberadaannya, bahkan cenderung untuk membuat hubungan sosial baru dengan yang lain. Secara intens samapi akhirnya terbentuk cinta yang semu.

0 komentar:

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP