Secangkir Kopi di Rabu Pagi - PROLOG
>> Rabu, 28 Agustus 2013
Dulu, saya tidak suka kopi. Kopi itu pahit. Walaupun
berubah manis karena gula, warnanya tetap hitam kelam yang tetap terlihat pahit
dan tidak menarik. Kenapa orang bisa suka kopi? Yang lebih mengherankan, siapa
yang menemukan dan mempopulerkan secangkir minuman rasa batrawali? Setelah itu,
saya diperkenalkan kepada jenis macam minuman “berkopi” lain. Capuccino, latte,
frapuccino dan minuman menyenangkan lain. Untuk saya, ini lebih baik, karena rasa
dan warna kopi sudah samar. Di Starbucks, saya sering dipusingkan dengan
berjuta menu kopi yang pada intinya adalah campuran kopi, susu, dan pemanis.
Caramel Ribbon Crunch Crème Frappucino, Vanilla Bean Crème Frappucino, sampai
minuman jus buah yang dicampur kopi. Kalau sudah begitu, saya hanya bisa tanya,
“Mbak, yang paling banyak di pesan orang yang mana?”. Berbagai pilihan rasa
membuat saya lemah pendirian.
Belakangan, saya tinggal di negeri dimana kopi
hitam tanpa gula adalah minuman lumrah. Mereka biasa minum “jamu” tersebut
dikala sibuk atau selagi bersantai. Mereka bisa meminumnya sambil, mengobrol, bersenda
gurau, menonton tv dan lain-lain. Sejak saat itu saya mulai melihat kopi dari
sisi yang berbeda, dimana meminum kopi (hitam) adalah ajang latihan untuk menghadapi
kehidupan, terutama yang pahit. Coba bayangkan, jika kita meminum 10 cangkir
espresso, kita bisa lebih memaknai terjangan kesulitan dalam hidup. Cairan hitam
dalam gelas, kita telan cepat-cepat. Masuk ke perut, dan kadang langsung ke
lobang wc. Seketika kita menjadi pribadi tanggung dan tidak cengeng. Tidak
heran, minuman supir truk pantura,
kernet metromini, kuli bangunan, adalah kopi hitam yang diseduh dengan air dari
termos alumunium. Mereka saja tidak sadar bahwa dirinya adalah tangguh dan
kuat. Saya belum pernah dengar mereka meminum susu hangat dicampur gula dan
essens vanilla.
Pagi ini, adalah hari yang kesekian saya
meminum kopi hitam. Walau masih sering dicampur susu, tapi saya tidak pernah
mencampurnya dengan gula. Saya juga sudah bisa menghirup kopi hitam itu
pelan-pelan, dan sayapun mulai menikmatinya. Saya jadi ingat perkataan teman
dari Prancis kalau kopi adalah satu pilihan rasa. Kopi yang dicampur berjuta rasa
itu adalah omong kosong. Dulu saya tak paham. Tapi rasanya sekarang saya mulai ‘ngeh’.
0 komentar:
Posting Komentar