Ayah.
>> Selasa, 24 November 2009
"sianjis...gw nangis...ahk..."
“huuu mewek mewek!!!"
"heheuu"
“nangis gw..haaaaa....."
“gw jadi cengeng deeh..”
Bukan… ini bukan ekspresi belasungkawa atas kematian seseorang.. Tapi, ini adalah komentar dari teman-teman (cewe) saya tentang satu thread dalam notes FB, yang bertemakan: AYAH
Yap, ayah. Satu sosok yang sangat tidak mellow. Di Indonesia, kita tidak memperingati hari ayah. Kita juga tidak menemukan surga di bagian tubuhnya. Mungkin surga sudah luntur akibat peluh yang ia rasakan demi menghidupi keluarganya. Ataukah, ayah menitipkan surganya ke telapak kaki ibu?
Saya teringat saat ayah menghadiri acara wisuda. Tidak lama acara dimulai, ayah sudah mondar mandir gelisah. Jeprat jepret kamera ke arahku lengkap dengan flash, lalu kembali berdiri di sisi kursi terujung. Sikap yang sangat membuat saya tidak nyaman. Tapi setelah pernyataan ini datang;
“Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"
Ternyata beliaulah yang paling pertama berdiri demi “putri kecilnya” dan putri dari ayah-ayah yang lain.
Saat momen “sungkeman” setelah Ijab Kabul selesai, ayah menolak untuk dipeluk dan dicium… disaat yang sama, untuk pertama kalinya, saya melihat ayah tidak kuat lagi menahan isak nya. Beliau tidak mau larut dalam campur aduk perasaan bahagia, cemas, haru, takut, atau mungkin cemburu.
Oke cukup. Belum selesai sih, takut jadi mewek-mewek. Tapi akan saya tutup saja dengan video ini. Diperkenalkan oleh seseorang.
untuk ayah, dan untuk anak-anak lain dari ayah-ayah yang sangat hebat: jule, angki, gita, fian, decil, arin, pipit, icha, kuki, ayu, wiwi, ting2, sari, tika, dendut, cepi.
- no more read more ;) -