catatan kecil hidup (bagian akhir)

>> Minggu, 25 Januari 2009

Ternyata sepasang suami-istri malang itu tengah mencari alamat anaknya. Namun tidak berhasil ditemukan. Akhirnya mereka memutuskan pergi ke terminal bis untuk pulang ke Cikarang. Sudah semalam mereka terlantar hanya untuk bertemu anaknya, dan siang ini mereka menyerah karena kehabisan ongkos. Dada bapak itu sering sakit, mungkin sang bapak punya penyakit jantung. Nyeri mendera sang bapak akibat kelelahan karena sudah berjalan sangat jauh untuk mencapai terminal.

Akhirnya aku korbankan mata kuliah jam itu. Mereka menolak untuk diantar ke rumah sakit. Maka tujuanku adalah stasiun KA, karena itu yang paling dekat dengan lokasi dimana aku berada. Di awal perjalanan, aku membisikkan sesuatu kepada Allah SWT. “Kalau saja Engkau mau mengganjar semua dosaku, maka sekaranglah waktu yang Engkau pilih. Balaslah semuanya padaku lewat perantara mereka ya Robbana”. Kepercayaan begitu mahal bagiku. Astagfirullah... Namun setelah itu aku merasa begitu pasrah, tenang, dan ikhlas mengadapi semuanya.

Aku tak terlalu ingat apa yang dibicarakan disepanjang perjalanan. Tak terlalu penting sepertinya. Seringkali aku mengulang pertanyaan. Dijawab dengan jawaban yang sama. Yang pasti saat itu aku menanyakan alamat dan ibu itu menunjukkan KTP nya. Kusimpan KTP itu sementara di tanganku, untuk jaga-jaga kalau.... Astagfirullah. Namun akhirnya suasana kecurigaan bisa memudar. Ku munculkan niat untuk menolong mereka sebaik mungkin. Akan ku pesankan tempat duduk ternyaman, akan kubekalkan mereka dengan makanan, dan akan ku santunkan sebagian uang sakuku.

Sesampai di Stasiun kekecewaan mendera ketika mengetahui bahwa jalur kereta tidak ada yang melewati/setidaknya mendekati tempat tinggal mereka. Belum terpikirkan bagaimana cara mengabari hal ini pada mereka. Dengan cepat kuhampiri mereka yang sedang duduk di ruang tunggu dan –kuharap– mereka merasa lebih nyaman. Dua pasang mata memperhatikan langkahku dengan beribu harapan, tapi membunuh langkahku, mengecilkan jiwa sok penolongku.. hingga akupun berjalan menunduk.

Bu, Pak, keretanya tidak ada... tapi akan saya antar ke terminal....” Aku meneruskan kalimat dengan cepat, tanpa ingin mengecewakan mereka.

Di perjalanan menuju terminal yang cukup jauh, aku melirik kaca spion tengah dan kulihat sang bapak sedang memeluk sebungkus besar roti tanpa isi yang aku beli di stasiun. Kini punggungnya tersandar, rasa sakitnya mereda. Tangan yang satu menggenggam tangan sang istri di sebelahnya. Keadaan ibu itu cenderung duduk di posisi tengah jok belakang, sikapnya tegak dan memperhatikan jalan depan. Seperti orang yang baru pertama kali menaiki mobil. Air mukanya sungguh membuat iba semua orang. Dalam hati aku mengutuk perasaan curiga yang aku tujukan kepada mereka. Menyumpah sifat burukku... Najis... Sangat tidak pantas mencurigai orang tua yang polos dan sedang dilanda kesusahan.

“Ya Allah ada apa dengan hari ini? Engkau memberikan sebuah kejadian yang sangat berharga... Aku percaya Engkau begitu sayang kepadaku, sampai akhirnya Engkau memberiku kesempatan berbuat baik.. Setidaknya aku merasakan bahwa aku cukup baik saat ini. Maaf... Maafkan ya Allah..” .......aku tak bisa menjabarkan seluruh permohonan maaf atas semua kesalahan dan su’udzon yang aku rasakan. Teralu banyak.

Aku jadi teringat akan seseorang yang sering berkata “positive thinking”. Dan aku tersadar bahwa tidak akan ada positive thinking, kalau tidak ada negative thinking.. Apa yang kupertimbangkan adalah ujung keraguanku. Apa yang kuputuskan adalah mufakat dari semua pertentangan. Apa kujalani adalah keikhlasan dari awal yang terpaksa.

Sesampainya di terminal kuparkir mobil, kumatikan mesin, aku bukakan pintu untuk mereka, dan aku papah mereka sampai bis yang dituju.

“Alhamdulillah...”

...SELESAI...


7 komentar:

Baskoro 26 Januari 2009 pukul 02.12  

Alhamdulillah, what a soothing post nis....

Saya baca postingan ini di larut malam seperti ini, dan membuat saya menyadari bahwa belakangan ini hampir tidak pernah bersentuhan dengan lingkungan seperti itu, lingkungan yang membuat kita lebih bisa bersyukur terhadap apa yang kita miliki, lingkungan yang membuat kita tetap punya semangat untuk bisa berbuat hal2 kecil tapi berarti bagi mereka...Tapi setidaknya, kalau diluar camp, di riau ini sangat banyak orang yang hidup jauh menyedihkan dbanding orang-orang di pulau jawa sana...

Thanks for your post nis...Keep writing..

surya_dharma 29 Januari 2009 pukul 02.00  

Surya inget banget dulu nisa pernah cerita ttg ini..

Emang nis, negative thinking emang kadang membuat kita ga jadi untuk berbuat baik..Syukurlah nisa memilih untuk positive thinking pada saat itu..

Mudah2an kalo niat kita baik, Insya Allah segalanya akan baik

Imagine, kalo semua orang di dunia ini berfikir positive...what a wonderful world.....

* a n n i s a s o l i h a h * 2 Februari 2009 pukul 10.46  

@bas: iya bas, lingkungan yg spt itu terlihat sangat kontras dengan keadaan biasa kita dapat.. kadang juga kita (gw kali ya) merasa blm puas dengan apa yg sudah di dapat, padahal masih banyak org yg belum sama sekali mendapatkannya..

salam untuk riau, thanks ya.. :)

@sur: iya ceritanya sambil terharu biru, sedih2an.. hiks :p

amin juga untuk doa kamu supaya semua org berpikir positif

btw, kok manggilnya Nis?? kucing dong si Maniss.. meoonggg..

gun sikasep 2 Februari 2009 pukul 22.33  

amazing experience.. ko saya suka ragu yah klo mau nolong org.. dasar bisikan setan memang tajam.. good lesson... salam kenal.

abnisa-dp 9 Februari 2009 pukul 20.23  

nice writing..
iya yah.. knapa kita suka ragu klo kita dalam posisi nisa waktu itu?
bukan-nya mo se'udzon ato negative thingking tapi waspada tetup perlu kan?

apalgi di jkt de'..niat mo nolongin ntar mlh ditangkep.. gr2 dah ada perda-nya.

* a n n i s a s o l i h a h * 30 Maret 2009 pukul 10.01  

Suprisingly, ada temen kantor yg punya cerita serupa.. dan range waktu yg sama pula.. *speechless*

gillnegara 30 Maret 2009 pukul 16.29  

Suprisingly, ada temen kantor yg punya cerita serupa.. dan range waktu yg sama pula.. *speechless*

jadi kumaha maksudna Nis?? tertipu kitu??
asal ikhlas jadi amal insyaAlloh. yang penting kita gak celaka. ato temen kantorna nu sok ngawadul? biasa lah si "eta" mah.. sok kitu.. (teuing nunjuk saha.. he...he)

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP