Velkommen tilbake, welcome back.

>> Rabu, 17 Agustus 2011

Sudah lama sekali ga nulis blog sampai akhirnya........... brot.

Perkenalkan Zahra, anakku yang lahir ke dunia fana 26 november tahun lalu.



ngiauu..



Makhluk imut dan mulia ini sungguh menggemaskan. Lucunya ga ketulungan. Tapi ada juga saat aku depresi karena tingkah lakunya. Yang pasti, ia mampu mengubah hidupku menjadi lebih “berbakat”. Berikut ini bakat yang berhasil dibentuk oleh anakku sendiri.

1. Bakat nyanyi. Sebelum memiliki anak, saya memang memendam rasa untuk menjadi seorang penyanyi, level studio kamar mandi. Dan sekarang level itu naik menjadi penyanyi studio rumahan. Ya, di ruang manapun kuberada, aku selalu melantunkan nyanyian untuknya. Lama kelamaan cape juga sih. Tapi apa daya, karena keterbatasan gadget pemutar lagu, maka gadget sederhana dengan merek Kenwook Manualiticity Resonansi Daminatilada alias pita suaraku menjadi andalan Zahra dalam menikmati musik sehari-hari. Suka atau tidak, yang pasti dia tak pernah menolakku untuk menyanyikan sebuah lagu. Entah karena dia berusaha menghargai ibunya ataukan dia belum mampu untuk menutup mulutku. Oh, mungkin saja lagu yang kupersembahkan adalah lagu abege 90-an yang easy listening dan mendayu-dayu seperti agung sedayu, sehingga anakku sangat enjoy jolly-jolly. Special thanks to: The Moffatts dan Westlife.

2. Bakat akrobat. Gimana sih rasanya pipis (kadang juga buang ***********) sambil menggendong seorang anak? Gimana posisi membersikan rumah dengan kaki yang selalu dipanjat seorang anak? Gimana posisi menggendong anak yang tidak mau berada di dalam kereta bayi, membawa belanjaan (beras dan popok jumbo), sekaligus mendorong kereta bayi itu sendiri?? Ditambah menyetop bus dan menaikinya. Silahkan kerahkan imajinasi anda.

3. Bakat makan. Kalau yang satu ini sebenarnya aib bakat dari dulu. Tapi setelah kemunculan Zahra, bakat itu semakin menjadi jadi karena aku menjelma bagaikani ayam yang selalu makan remah-remah dan kadang kerikil. Zahra selalu meninggalkan jejak makanan kemanapun rute perjalanannanya (ruang keluarga, kamar, hall, dapur). Dari sini, terbukti tingkat intelektualitasnya sangat tinggi, karena rupanya ia berusaha untuk menandai perjalananya dengan makanan agar ia tidak tersesat. Tapi sang ibu tidak rela lantai rumah kotor. Maka remah-remah yang antara lain, remah roti, pisang, biskuit bayi, intan, dan berlian, selalu disantapnya bagaikan vacum cleaner bernyawa.

Begitulah ceritanya. Mudah-mudahan ada agen Indonesia Mencari Bakat yang tertarik untuk mengorbitkan aku sebagai ibu multitakentut.

Adios bay bay.

3 komentar:

Anonim 17 Agustus 2011 pukul 03.50  

haaaa gw banget,pernah waktu shania umur 5 th sambil apa pun aku latihan nyanyi untk ikut lomba karoke ibu2 komplex chevron duri judulnya ingin ku miliki lagu wajibnya rhut sahanaya y akhirnya shania ikut hafal tuh lagu.emang ada masa2nya nisa nikmati aja dgn ikhlas,walaupun dulu aku suka protes sama ni baby2

Ibu nya Adam 18 Agustus 2011 pukul 03.48  

Hihihihi lucuuu..asiiik Nisa dah mulai nulis lagi :D ditunggu ya tulisan2 selanjutnya, seruu bacanya.. :D
Sun sun buat zahra dan ibu nya..semoga bakat2 lainnya bermunculan lagi.. :P

Priyatno S 15 September 2011 pukul 06.39  

Wah.. ternyata sudah jadi ibu toh? Selamat ya...

Semoga bakat-bakat baru terus bermunculan :p

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP