Oslo I'm in queue

>> Selasa, 10 Agustus 2010

Belum banyak pengalaman yang didapat semenjak kaki ini berdiri di aspal Oslo, karena saya dan suami baru tiba disini minggu lalu. Tapi ada beberapa kejadian yang tak akan terlupakan semenjak kedatangan di negara makmur ini. Begini ceritanya, sebelum tinggal di asrama Sogn, saya harus ambil kunci asrama di Kringsjå. Kondisi kaki yang bengkak karena duduk lama di pesawat, menjelma menjadi varises karena harus berjalan cukup jauh untuk mencapai Kringsjå. Dua koper besar dengan berat lebih dari 25kg, koper kabin, dan dua tas ransel turut menguji kekuatan fisik dan kesabaran kami. Sesampainya disana, antrian panjang mahasiswa yang senasib menyambut orang melayu ini. Nomor antrian 137 sama sekali tidak menghibur karena pada saat itu, nomor yang dipanggil adalah 60. Dengan manisnya kami duduk menunggu, menunggu, dan menunggu, sampai akhirnya suami beranjak ke minimarket untuk membeli sekantong beras thailand. Harap maklum, orang frustasi seringkali bertindak diluar kelaziman manusia lainnya.

Oke, kunci sudah ditangan, namun tantangan lain masih menghadang. Perjalanan dari kringsjå ke Sogn masih jauh. Sebenarnya kami bisa menggunakan bus, namun untuk mencapai bus stop sepertinya agak ribet. Mengendarai taksi adalah pilihan yang menggiurkan, tapi itu sama saja dengan menyerahkan harta kita ke rampok, dengan kata lain; ongkosnya mahal. Akhirnya kami menempuh sisa perjalanan dengan ditopang dua kaki yang mati rasa. Hamil bukan halangan untuk mendorong koper besar. Dengan penuh semangat kekhawatiran akan si bayi, sayapun mendorong koper dengan anggun seperti bekicot.

Saat suami pergi ke kota Stavanger, kampus dan asramanya, tempat yang berbeda dengan asrama dan sekolah saya, kini seluruh urusan harus saya tanggung sendiri. Mulai dari urusan lapor polisi, lapor KBRI, survey lokasi sekolah, dan yang paling berat; membaca peta dan mempelajari trayek transportasi umum. Misi pertama wanita pejuang tunggal ini adalah pergi ke kantor polisi dan cttn sipil untuk memperoleh Norwegian ID. Namun alamak tobat, antrian kntr polisi tak kalah kejamnya dengan antrian tempo hari. Nomor yang kudapat adalah 88 sedangkan org dengan nomor urut 20 baru akan dipanggil. Walaupun datang pagi-pagi, tetap saja WNA lain lebih gesit daripada saya. Duduk di dekat layar display nomor antrian tidak membuatnya lebih cpt bergerak. No 21, selang 20 menit giliran 22.. Begitu seterusnya, sampai pada akhirnya, org yang ternyata berasal dari Nigeria mendaratkan pantatnya di tempat duduk sebelah. Percakapan pun terjadi. Saya jadi minder karena bahasa inggrisnya sangat baik dan obrolannya sangat terpelajar. Sebagai ekonom, dia mengetahui segalanya kecuali krisis moneter Indonesia tahun 97 (Suharto oh Suharto, ternyata engkau tidak se-terkenal itu). Tapi dia tetap menang karena dia menyebut "bambang susilo yudosomething" sebagai presiden Indonesia. Diapun menggiring saya untuk membicarakan tentang arsitektur dan sejenisnya, studi master yang akan saya tempuh nanti. Dimenyebutkan beberapa gaya bangunankuno di Oslo. Aih, pintarnya. Namun ketika saya balik bertanya tentang ekonomi, pertanyaan yang saya ajukan hanya tentang krisis di Eropa yang sebenarnya sayapun baru tahu dari suami kemarin2. Saya hanya mengangguk, dan menggumam "yes yes" atau "oh I see" dalam menanggapi jawaban yang saya pun tak sepenuhnya mengerti. Tapi catat, dia sangat senang ketika saya terlihat mengerti dan antusias. Kena tipu dia..

*************

Pengalaman saya disini penuh dengan penantian. Penantian antrian panjang, penantian suami yang suatu saat akan kembali, penantian akan bayi yang lahir, penantian kepulangan ke Indonesia setelah selesai S2. Saya pikir penantian adalah hal yang sekedar menunggu. Tapi ternyata itu adalah perjuangan yang sangat besar. Mungkin sebesar negeri ini.

Sampai saat ini saya masih menanti sendiri, mungkin hanya satu atau dua orang yang akan menyertai. Seperti saat aku ditemani orang asing dari Nigeria.

Oslo why are you so quite..?







7 komentar:

Anonim 10 Agustus 2010 pukul 17.22  

neng nisa udh smp Oslo???wah perjuangan yg cukup berat ya utk seorg ibu hamil..smoga ujung penantianmu nanti akan berbuahkan bahagia....Amiin
Gudlak ya neng...jaga diri n "youtune"...jgn baong2 di negri org...hehe..kita tunggu di Indonesia ya...c u again
*sdktmenitikanairmata* lebay.com

Unknown 13 Agustus 2010 pukul 08.58  

nisa, selamat menikmati & menjelajah oslo. semoga dalam minggu2 ke depan, oslo semakin ramai plus semakin menawan hati.

mengenai penantian, yaaa yang sabar ya. 'kan orang sabar pantatnya besar ^^

astitronny

Anonim 13 Agustus 2010 pukul 16.43  

lanjutkan perjuanganmu sampai tercapai semua cita2mu. merdeka!!!!

Fitri Astuti 24 Agustus 2010 pukul 13.21  

Nisyaaaa semangaaat yaaa.... akyu doain semoga nisa , surya dan bayi kecil sehat selalu ;)

Kemas adrian 24 Agustus 2010 pukul 19.04  

Nisaaaa alhamdulillaaaah...... Kade nyak diditu...

abnisa-dp 25 Agustus 2010 pukul 13.55  

OMG.. berat skli perjuanganmu de'...
itu yakin kota -nya bener? bukan kota mati kan?? meni sepi pisan...tdk ada kegiatan manusia gt...

baiklah.. tetap semangat, tetap sehat yaa...

take care ;*

builtinmydreamhouse 26 Agustus 2010 pukul 11.37  

nis...semangat ya...jadi ibu perjuangannya berpuluh2 kalilipat lagih...semangat...
semoga sehat...lancar...
:D gudlak!
*nanas*

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP