Faren

>> Kamis, 11 Juni 2009

Namanya Faren, tetanggaku. Usianya kira-kira 5 tahun. Faren mengaku ibunya telah meninggal dunia, padahal mungkin ia belum tahu kejadian yang sebenarnya. Ayahnya bekerja dari pagi hingga tengah malam, dan Faren pun belum mengerti pekerjaan ayahnya.

Setiap pagi ayahnya mengantar Faren ke sekolah TK, lalu meninggalkannya hingga tiba waktu tengah malam sang ayah menjemput Faren di rumah tetangga dalam keadaan tidur. Dalam rentang waktu antara pertemuan Faren dengan ayahnya, Faren menghabiskan waktu di jalanan. Bermain dan bermain. Siang hari, ia menggunakan uang dari ayahnya untuk membeli makanan yang ia mau demi perut laparnya. Sore hari, saat anak-anak komplek kosku dimandikan, dibedaki bak ondel-ondel, lalu disuapi oleh ibu mereka, Faren berkeliaran di jalanan dengan sukacita tanpa siapa-siapa. Menjelang malam ia mampir ke tempat kosku, bergaul dengan orang dewasa. Ia mendapat simpati dari teman-temanku. Makanan dan susu sering ia cicipi, kertas gambar dan spidol warna ia gunakan mengkespresikan sisi senimannya --yg hanya dlm beberapa menit sudah ia tinggalkan. Namun Faren juga seringkali menjadi objek penderita bagi kami; anak-anak kos. Ia sering terlibat dalam kekonyolan cerita kami, yang sepertinya akan mengganggu sisi psikologis kanak2nya. Yet, Faren still santhay.. *krn tdk mengerti. Sampai akhirnya ia tertidur pukul 12 malam dalam posisi sembarangan, dimanapun.

(sumber gbr: nyari di google)

Faren mendapat kebebasan yang tidak terkontrol dan tidak ia sadari. Dalam bahasa ilmiahnya, ia menganut paham liberalolosdaricontrolparent. Ia adalah cermin dari -hampir- gelandangan. Sepertinya Faren memiliki semua dirinya. Ia mengandalikan diri tanpa pernah berkompromi dengan pikirannya. Tubuhnya digerakkan begitu saja oleh -hanya- dirinya. Batinnya minim akan konflik, sehingga ia jarang mengeluh ataupun menangis. Ia tidak perlu berbagi dengan orang lain, ia justru menerima bagian orang lain. Ia tak peduli kemarin atau besok karna ia hanya mengerti saat ini juga. Ia hidup mandiri dan belajar langsung lewat kehidupan nyata. Ia sebenarnya tak perlu bersikap baik, toh tak orang lain yang menuntut itu dari dirinya. Ia anak kecil yang sudah belajar mencari jati diri tanpa harus mengintegrasikan dirinya. Ia adalah makhluk individual yang sempurna.

Kadang aku ingin merasakan ke-aku-an sepenuhnya dalam hidupku, seperti Faren.

5 komentar:

half naked 11 Juni 2009 pukul 19.32  

coba dicek lg sudah sejauh mana keobjektifan cerita anda.. hahahaha...
1. apakah batin subjek betul2 minim akan konflik?
2. liberallolosdarikontrolparent? boleh juga ntuhh bahasanyo...
3.mahkluk individu yang sempurna?? maksud loohh???

peace,love, n gaoll...

Masrul Arief, ST. 12 Juni 2009 pukul 00.10  

hihihi

si "uyeh beybeh!"

nice2....

* a n n i s a s o l i h a h * 12 Juni 2009 pukul 16.02  

@setengah telajenk: mari kita bahas keobjektifan itu secara subjektif:
1. secara geitu anak kecil mah ttp we konflik batinnya antara "bermain ato jangan ya?", selebihnya ga bgitu ngeuh meureun
2. iyo diimpor dr padong
3. berasal dr pernyataan manusia sebagai makluk invidual dan sosial. jadi intina individu-al (kurang-al) beuh ngeles, diedit heula yyu. jd dia bisa hidup mandiri tanpa banyak merepotkan org2 gitu maksudnya.

plisgohomeyeah

@masrul arief.. waaa meni sonooo.. :D

Aricko Khena Kaban 12 Juni 2009 pukul 23.19  

emng ibunya kmana nis? apakah cerai?apakah nisa tahu kejadian yang sebenarnya?

kasian bapanya..semoga aja dia bener2 kerja keras dan si farel jg smoga aja bisa merasakan kerja keras ayahnya supaya ada penghargaan yang pantas terhadap sang ayah!

klo kebebasannya bagus dan bertanggung jawab mah bagus nis..bisa jadi kuat ini anak..gapapa nakal dsaat kecil mah..nti pas gede udah tau gmn rasanya yg nakal2 itu..jadi gausah coba2 lagi..hehehe..kasih sayang juga kn bisa dikasih sama nisa dan temen2 kos!ehhehe..

* a n n i s a s o l i h a h * 19 Juni 2009 pukul 11.46  

@iko: mm sebenarnya ibunya.. ibunya.. adalah diriku sendiri.. mbuwehehehehe..

bener jg ya ko, klo kecil nakal, ya udh gedenya -mudah-mudahan- kapok tu.. tapi ada jg yg kecil baong, udh gedenya jg ttp baong (curhat colongan) hihi.. MERDEKA!!

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP