Masih Adakah Bibrax?

>> Jumat, 02 Mei 2008

Nada dering hp memanggilku untuk mengecek siapa gerangan yang menelpon disaat saya memang ingin ditelpon?? jawaban dari layar hp menyuratkan "Bu Harastoeti". Owh dosen pembimbing skripsiku ternyata... Perasaan dan harapanku saat itu mengatakan beliau bersedia untuk me-review detail draft final skripsiku --yang telah kubuat dengan cinta dan pengorbanan, dengan harap dan keputusasaan (maksutt??)-- namun sekaligus perasaan waswas, jangan-jangan bundel tulisanku itu dianulir karena ke-sok-tauan ku dalam menganalisis bangunan konservasi.

"Nisa dimana?", Bu Harastoeti membuka omongan dengan nada dasar do=fis.
"Masih di kampus bu" jawabku sambil menjauh dari kehirukpikukan pertarungan gosip teman-temanku ;p
"Nisa ke ruang ibu sebentar yah" nada manisnya agak melegakanku.

Surprise punya surprise, ternyata Bu Harastoeti menyuruhku untuk membaca sepucuk email* dari rekannya. Di dalamnya tertulis:

From: O. de Wiljes
To: francda@bdg.centrin.net.id
Cc: gestion@wilmont.net ; Wiljes, Mme C. de
Sent: Monday, April 28, 2008 3:18 AM
Subject: memeberikan foto

Saudara yang ter hormat...sesuda pelayaran ke Jawa Juli 2007 dengan keluarga saja menulis kronik dalam Bahasa Belanda disini memesukan. Buat versi Bahasa Prantjies saya mencari foto di rumah 'Bibrax', Jl Setiabudi kira-kira km 8, 2km kiri di atas di Isola. Ini rumah membuat dari paman saya. Keluarga De Bièvre tingal didalam 1948-50 memberi namanya 'Bibrax' (Bahasa Latin buat 'bièvre/bever). Arsitektur ini rumah menyerupai rumah disini (rumah An Eng Kan, Bandung) :


Mencari juga foto dari gedung kota baru (gedung kabupaten?) di Surabaya 15 (?) lantai di bawah di Tunjugan, bagus betul.
Cukup ini !
Selamat malam,
O. de Wiljes
Paris/Loir-et-Cher
France

*email langsung di copy paste, dari laptop Bu Tuti - Flashdisk saya - Laptop saya

Adalah seorang Belanda yang mempunyai rasa keingintahuan dan kepedulian atas benda cagar budaya milik bangsa LAIN. (baca: Indonesia, Bandung). Pada benakku saat itu muncul 4 (empat) kekaguman:
  1. Beliau berhasil menyusun paragraf dengan bahasa Indonesia. Walaupun masih terlihat kata2 dengan edjaan djaman doeloe, pola kalimat yang agak absurd, dan waktu penyusunan surat elektronik yang terbilang lama; Juli 2007 - Mei 2008, hehe, anyway salut untuk usahanya!
  2. Beliau sangat peduli terhadap bangunan warisan "bersejarah". Hal ini membuatku agak sedikit minder. Bangunan warisan bersejarah yang kini menjadi perhatianku mungkinkah hanya sesaat? hanya keperluan akademikku? kalo gitu, apa ini yang dinamakan dengan "Habis manis sepah di................. telen aja siy kalo gueh mah"
  3. (baca no2 sekali lagi), dan letak bangunan tersebut bukan di negaranya. Sungguh kukagum...
  4. Beliau berhasil membuatku kagum akan dirinya.
Mungkin ini merupakan keironisan sugro bilamana orang-orang asli Bandung banyak yang tidak mengetahui bangunan tersebut. Dan mungkin inilah keironisan qubro bilamana bangunan yang beliau maksudkan sudah digantikan dengan bangunan lain, yang menghapus jejak si Bibrax tersebut. Sebagai informasi untuk khalayak pembaca blog, ditinjau dari sisi umur dan gaya arsitektur, bangunan tersebut sudah memenuhi keriteria bangunan yang wajib dilestarikan. Bila benda ini hilang, maka, hukum berbicara.. (mujah-mujahan hukum yang mengatul hal ini bica bicala secala lancal..)

Sebagai referensi dan intermeso, coba kita perhatikan bangunan de Vries (samping Hotel Homann / persimpangan Braga - Asia Afrika). Bangunan yang akhirnya mengalami perbaikan ini terlihat lebih indah. Lebih romantis.. walaupun (pasti ada walaupun) toh yang mengalami perbaikan hanya dinding luarnya saja.. kalo dianalogikan secara medis mah, inilah yang dinamakan facelift. muka Dian Sastro, tapi umur setara alm Soeharto. dinding luar bangunan dipermak ulang, tapi ruang dalam jadi sarang kunang2 (ehm maksa)...

Kembali ke topik utama, pesan Bu Harastoeti adalah memohon kepada si peduli yang menemukan bangunan untuk menginformasikan keberadaan dan kondisi bangunan ini.. hehe.. ("laksanakan bu!"). Mudah-mudahan nilai moral yang terkandung dalam postingan ini bisa membuka pikiran kita semua akan pentingnya kelestarian bangunan cagar budaya yang merupakan aset kota yang penting..


---"Kota tanpa bangunan lamanya, bagaikan manusia tanpa ingatan" (Eko Budihardjo) ---


7 komentar:

surya_dharma 3 Mei 2008 pukul 01.09  

Kesan pertama pada saat membaca tulisan ini....setuju banget dengan lebihnya kepedulian orang asing daripada kepedulian orang pribumi..dan tragisnya ini ga hanya terjadi dalam hal konservasi bangunan aja kok..kadang kita hanya disibukkan dengan wacana dan kulitnya saja sehingga melupakan esensi nya...

tulisan ini bisa menjadi awal dalam kepedulian kita..semoga saya yang memberi komentar jg tidak hanya nebeng memberikan wacana....

beruntunglah kita masih punya orang2 seperti bu Toeti (edjaan tempo doeloe) dan Annisa..semoga kepedoelian Boe Toeti dan bandoeng heritage nja dapat mendorong kepedoelian warga bandoeng (khususnja) dan warga Indonesia (umumnja) dalam, melestarikan bangunan heritage kota Bandung...(kok jadi keikutan niy...)

Hayo kita hunting bangunan ini

ditunggu sekuel dari postingan ini...

Aricko Khena Kaban 3 Mei 2008 pukul 11.06  

waah ada juga orang luar yang segitunya ya,,

secara kasar yah,,,menurut riko mah wajar klo si ode wiljes peduli tentang keberadaan bibrax ini.di surat yang dia kirim dia sebutkan bahwa rumah ini ialah buatan pamannya dan keluarganya yg pernah tinggal dsana tahun48-50.otomatis dia punya rasa memiliki terhadap bangunan ini. sejarah akan keluarganya ada di rumah ini. nanti juga mungkin taun 2100 anak cucu riko bakal minta margahayu untuk dipugar dan dilestarikan...hehe..

yg pnting mnurut saya adalah tumbuhkan rasa memiliki terhadap kota bandung itu sendiri, dengan itu yang akan menjaga kota bandung adalah moral dan tanggung jawab!ini akan lebih kuat dari manipulasi. akan lebih kuat dari semen dan cat mahal yang hanya secara temporer menutupi tembok berharga itu. umur boleh alm.soeharto tapi tampang dian sastro dengan perawatan sandra dewi..

hehehhee..hayu ah warga bandung sadayana..ai lop yu bandung pokokna mah!

* a n n i s a s o l i h a h * 3 Mei 2008 pukul 12.29  

@suryadharma: beruntung jugha saya karena mengambil tema skripsi yang membangkitkan rasa kepedulian thp hal seperti ini.. huehuehue. ayo kita hunting!! btw edjaan laman nja capje deeg.. :p

@riko: iya memang kalo dr cerita ini emg si o.de sapatuhnamapanjangnya itu punya kenangan khusus, tp yang nisa tahu tempe ada beberapa orang asing yang tergabung dalam satu paguyuban pecinta Bandung, yg juga lebih peduli dan lebih tahu mengenahi tek2 bangek Bandung dan elemen di dalamnya.. jd pak o.de bisa dikatakan wakil dari bule2 pecinta Bandung yg sakses membuatku kagyum ko..

makanya pulanglah dirimu ke Bandung tercyinta!!hahahaha.. damai ahh..

* a n n i s a s o l i h a h * 3 Mei 2008 pukul 12.53  

oiya, hampir lupa kalimat pak Wiljes yg trakhir maksudnya dmn y? d jkt?

"Mencari juga foto dari gedung kota baru (gedung kabupaten?) di Surabaya 15 (?) lantai di bawah di Tunjugan, bagus betul."

Aricko Khena Kaban 3 Mei 2008 pukul 17.50  

iya riko juga tahu goreng klo ada perkumpulan orang bule yg ngedalemin bandung nis..masa kita orang bandung sendiri kalah sama mereka..heuheu..tapi kmungkinan besar bule2 ini pasti pernah menyimpan kenangan indah mereka di bandung..tanya aja mreka..riko juga termasuk anggota di grup bule itu koq!hehehehe..

iya doakan secepatnya riko bisa pulang ke bandung dengan membawa ijazah yaa!hohoho..

tunjungan tuh bukannnya sebuah nama mall di surabaya ya?cmiiw..

* a n n i s a s o l i h a h * 4 Mei 2008 pukul 00.03  

hahahahaha surabaya ya ko??? apeu nisa nih!! kamana wae ateuh??

azzam 5 Mei 2008 pukul 05.16  

beda yah orang yang mencari rumah akan nilai sejarah moral nya.dan orang (tikus-tikus;jamak;poli'sukit') yang mencari rumah akan nilai sejarah dana pembangunanya. :(

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP