tebakh aku donghh..

>> Jumat, 15 Februari 2008

Saat itu aku terjaga dari tidur lelap di malam 29 bulan Desember. Masih dengan stelan piyama, tubuh ini diseret ke dalam sel yang tak jelas keberadaannya. Keesokan paginya, daerah Bantjeujweg blok F menjadi kediaman resmiku sementara. kedua temanku bernasib sama, mereka ditempatkan di no 7, 9, dan No 11. Sedangkan aku terhalang 2 sel dari temanku yang pertama. Lebar ruangnya pas dengan ukuran rentangan kedua lenganku, panjangnya kira-kira sama dengan peti mati. Semuanya tertutup rapat, yang ada hanya tembok...

"Tempat ini gelap, lembab dan melemaskan. Memang, aku telah lebih seribu kali menghadapi hal ini semua dengan diam-diam jauh dalam kalbuku sebelum ini. Akan tetapi ketika pintu yang berat itu tertutup rapat dihadapanku untuk pertama kali, aku rasanya hendak mati.. ksian deh aku.."




Semalam sebelumnya aku tidak bisa mengontak siapapun, termasuk istriku sendiri. Kejadian ini adalah kali kedua aku dijebloskan ke dalam sel, setelah 2 tahun sebelumnya aku diasingkan di daerah Indonesia timur. Semua terjadi gara-gara usaha perlawananku terhadap ketidakadilan. Yah, mungkin itulah konsekuensi perjuangan. Belum lagi kreatifitas dan hasrat untuk menuangkan ide kritis ke dalam tulisan pupus sudah. Sampai akhirnya ada seorang baik hati yang berhasil menyelundupkan tinta dan kertas. Setelah transaksi ilegal itu, aku mulai menulis. Menulis di atas kaleng tempat buang hajat, toh tidak mempengaruhi kualitas tulisan-tulisan yang diantaranya berisi pembelaanku terhadap penahanan ini.

Delapan bulan setelah ditahan, aku dihadapkan dalam sebuah pengadilan tinggi. Satu setengah bulan usaha menyusun sebuah pembelaan pun rontok di pengadilan tinggi. Masak aku ditahan di penjara lagi? ga banget deh.. Namun apa mau dikata, sel di kota yang sama namun beda wilayah akan menjadi persinggahanku berikutnya. aku diasingkan.. lagi..

Tujuh puluh delapan tahun kemudian, banyak orang yang mengenang ceritaku ini. Sebagian ada yang ingin mengenang saksi bisu penderitaanku dengan cara mempertahankan fisik sel yang dulu. Namun keadaanya kini tidak terawat, tidak ada batu nisan keterangan. Jika tahu kejadiannya seperti ini, aku pasti menorehkan tanda tangan atau tulisan-tulisan kecil di tembok sel.. Hanya segelintir orang yang menyaksikan selku kini, lalu mereka foto-foto di luar rantai besi pembatas. Nah, "cicitku" yang satu ini juga ikut nampang juga tuh...



4 komentar:

Baskoro 16 Februari 2008 pukul 15.45  

Nis2, saya mencoba jawab ya.

Jawaban saya SOEKARNO....betul tidak bu guru?? :) hehehehe

Raden Raditya Yudha Wiranegara 16 Februari 2008 pukul 21.09  

Betul la tu!
Eh,koq malah gw yang menilai,hehehe...
Tapi,bener kan nis!?
Soalnya pas gw ngeliat foto lo yang ada di depan penjara kecil itu,jadi keinget salah satu foto yang di buku "Jendela Bandung" karyanya Her Suganda,hehehe...
Ok,keep on writing the Jayuz thing!!!

* a n n i s a s o l i h a h * 20 Februari 2008 pukul 09.15  

wahh kalian ternyata menebak lewat gambar ya??? ah garame gitu mahh.. :p btw punya buku jendela bandung juga dit?

Baskoro 25 Februari 2008 pukul 00.02  

Malem,

Mau ngetes aja, apa comment ini masuk ke email lo atau tidak...

Kalo masuk, kabar2i yaa..

Btw, nis...kok lo di foto ini kliatan beda ya? biasanya kan sedikit rame, tapi disini kliatan kalem, serius gtu nis...jarang2 wajah anda sperti ini bu... =)

mysterious girl

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP